MERAK, SNOL- Sebanyak 52 imigran gelap dan satu warga negara Indonesia (WNI) yang diduga sebagai Anak Buah Kapal (ABK) kembali berhasil dievakuasi Ditpolair Polda Banten dengan menggunakan Kapal Patroli (KP) Enggano, Senin (24/9).
Direktur Polair Polda Banten, Kombes Budhi Hermawan yang ditemui sejumlah wartawan di Pelabuhan Indah Kiat, Merak mengungkapkan, pihaknya berhasil mengevakuasi 53 orang dari salah satu tempat di Ujung Kulon. Dari 53 orang itu, ada satu ABK warga Indonesia yang bernama Andri, 51 Afganistan dan 1 warga Pakistan.
“Semua imigran yang dievakuasi dalam kondisi sehat. Rencananya mereka akan dibawa ke Kantor Imigrasi Serang, sedangkan satu orang yang diduga ABK akan diperiksa untuk penyelidikan,” kata Budhi, kemarin (24/9). Budhi menceritakan, awal evakuasi bermula dari informasi dari Tim Search and Rescue (SAR) pada Minggu (23/9) siang, dimana memberitahu bahwa ada puluhan imigran terdampar di Pulau Peucang yang masuk dalam Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Mendapat informasi itu, pihaknya langsung meluncur ke Pulau Peucang menggunakan KP Enggano dengan 20 personel yang di BKO-kan dari Mabes Polri. “Kami mendapatkan info soal imigran itu Minggu siang, kemudian kami langsung menuju lokasi untuk melakukan evakuasi,” tuturnya.
Terpisah, Kepala Balai TNUK, M Haryono mengungkapkan, pada Sabtu (22/9) malam pihaknya menerima laporan dari petugas di lapangan bahwa ada tiga imigran yang terdampar di daerah Cibom di sekitar Semenanjung Ujung Kulon. Saat dicek di lapangan, ternyata bukan tiga orang tapi puluhan, tepatnya 27 orang. Namun pada Minggu siang, jumlahnya bertambah lebih banyak hingga 53 orang.
Berdasarkan informasi yang berkembang, jumlah imigran tersebut sesungguhnya 92 orang, 52 orang dievakusi ke Merak, 20 orang berjalan dari Cibom menyusuri pantai menuju Desa Ujung Jaya, Kecamatan Sumur, yang kemudian berhasil dievakuasi oleh Polres Pandeglang, sementara 20 orang lainnya belum diketahui keberadaannya. “Ada dua kemungkinan, pertama yang 20 itu lari ke hutan, atau berjalan menyusuri pantai ke Desa Ujung Jaya,” Kata Haryono.
Ketika ditanya kronologis terdamparnya para imigran itu, baik pihak TNUK maupun Ditpolair terdapat perbedaan. Ditpolair menduga bahwa kapal yang mengangkut para imigran itu karam di Pulau Peucang sebelum tiba di Pulau Christmas. Sementara Kepala TNUK menduga bahwa para imigran itu sengaja ditinggalkan oleh pemilik/nakhoda kapal, karena kondisi laut sedang tidak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan. Si nakhoda kemudian meninggalkan salah satu ABK untuk menjadi penunjuk jalan para imigran agar mendapatkan bisa dievakuasi.(ned/bnn)