BANDARA, SNOL Sebanyak 27 relawan Indonesia dari Medical Emergency Rescue Communittee (Mer-C), Minggu (21/10), diberangkatkan ke Jalur Gaza, Palestina. Mereka bertugas menyelesaikan pembangunan Rumah Sakit Indonesia, yang telah memasuki tahap arsitektur dan mechanical electrical.
Tangis haru mewarnai kepergian sanak keluarga relawan di Terminal 2d, Bandara Soekarno Hatta. “Abang saya yang berangkat, dia lelaki satu-satunya di keluarga, dan jadi panutan kami,” ungkap Siti Khodijah sembari melinangkan air mata.
Diperkirakan ada ratusan orang yang mengantar keluarga mereka sampai pintu masuk keberangkatan. Menurut Ketua Rombongan Mer-C, dr. Joserizal Jurnalis, keberangkatan kali ini adalah terbesar dari segi jumlah orang.
“Ada 27 relawan yang terdiri dari dokter, insinyur, dan tenaga teknis. Jika digabung dengan teman-teman media yang langsung meliput disana, kami berjumlah 33 relawan,” jelas Jose, saat ditemui media di Terminal 2d Bandara Soeta.
Rombongan menggunakan maskapai penerbangan Etihad Airlines pada pukul 18.45. Dijadwalkan akan mendarat di Kairo, Mesir pada Senin (22/10), pukul 02.45 waktu setempat. Selanjutnya, tim relawan akan langsung menuju Perbatasan Rafah dan kemudian melanjutkan perjalanan masuk ke Gaza.
Relawan yang terdiri dari Mer-C dan Pesantren Al-Fatah Cileungsih, Bogor ini rencananya akan dibagi menjadi beberapa tim. “Ada yang mengurus kurban, mengunjungi dua sekolah setingkat SD disana, dan kami semua tetap terfokus pada pembangunan rumah sakit tahap akhir,” jelas Jose.
Para relawan ada yang bertugas satu minggu hingga 10 hari, hingga satu tahun. Tenaga teknis seperti tukang air, ac, batu, hingga insinyur yang akan menetap di Gaza selama satu tahun. “Hingga RS Indonesia rampung,” ujarnya.
Menurutnya, saat ini pembangunan RS Indonesia sudah memasuki tahap pembangunan akhir. Diprediksi tahun depan, pengerjaannya akan selesai dan siap dipakai. Selama disana, para relawalan ini akan menginap di bangunan rumah sakit sendiri yang memang ada ruangan khusus untuk tim menginap.
“Kami sudah menghabiskan dana Rp25 miliar, dari Rp30 miliar yang kita butuhkan untuk pembangunan fisik rumah sakit,” ungkap Jose.
Sementara itu, selain fokus pada pembangunan rumah sakit, tim pun akan mengerjakan berbagai kegiatan sosial yang menunjang kehidupan di daerah rawan konflik tersebut. Seperti kunjungan ke dua sekolah dasar putra dan putri. Disana, akan membagikan Al Quran, angklung, sarung bagi murid laki-laki, dan kerudung pashmina bagi murid perempuan. Ada pula rencana penyembelihan hewan kurban. Menurut Jose, ada dana sebesar Rp50 juta untuk pemotongan hewan kurban. “Disana hewan kurban cukup mahal, jadi kita sesuaikan saja dengan situasi ketersediaan hewan yang ada,” ucapnya.
Abdurahman, koordinator dari relawan Pesantren Al Fatah Cileungsih, Bogor mengatakan, pihaknya akan terus memantau kinerja tenaga ahli selama satu tahun disana. Menurutnya, tenaga terlatih yang dipilih merupakan relawan yang sudah tahap seleksi sebelumnya, mulai dari kemahiran yang diperlukan selama disana, kekuatan fisik, tentu saja mental. “Dari ratusan pendaftar, kita sudah seleksi. Dan akhirnya, sekitar 21 relawan yang terpilih,” jelas Abdurahman. (pramita/jarkasih)