Potensi Bukan Penyangga Lagi, Tapi Disangga

TANGERANG ECONOMIC FORUM (2)

SERPONG, SNOL—Tangerang kini tak lagi jadi tempat hunian semata. Banyak investor berbon­dong-bondong menanamkan investasinya di kawasan Tangerang.

Boleh jadi, ke depan, kawasan Tangerang yang sebelumnya ter­kenal sebagai daerah penyangga DKI Jakarta, akan berputar DKI Jakarta yang menjadi penyangga Tangerang.

Kemungkinan itu mengemuka saat gelaran talkshow live event Tangerang Economic Tangerang 2018 dengan teman “Tantangan Ekonomi Tangerang 2018” di Hall Merdeka Intermark, BSD, Kota Tangerang Selatan, Rabu (24/1). Tiga narasumber, yakni Walikota Tangerang Arief Wis­mansyah, Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar dan Wakil Walikota Tangerang Selatan Benyamin Davnie, memapar­kan soal potensi perekonomian Tangerang bisa menjadi pusat bisnis yang menjanjikan, bah­kan bisa mengalahkan ibukota.

Walikota Tangerang Arief Wismansyah mengatakan, tiga wilayah (Kabupatan Tangerang, Tangsel dan Kota Tangerang) bukan lagi berbicara egosentris antar wilayah, tapi sudah pada tahap gagasan dan solusi. Sebab tiga wilayah ini tidak dapat dip­isahkan karena semua menjadi kohesi baik regulasi, batas geo­grafis dan hubungan antar war­ga. “Kami bertiga selalu mencari solusi dan sangat cair. Bisa jadi 20 tahun ke depan, Jakarta men­jadi penyangga Tangerang Raya. Jadi bisa jadi nanti Tangerang menjadi the next ibu kota,” kata Arief.

Dijelaskan Arief, banyak in­dustri di Tangerang yang pin­dah ke daerah lain karena upah minimum kota/kabupaten (UMK) lebih rendah dibanding Tangerang. Namun pada ke­nyataannya, ada industri yang pindah ke daerah Karawang. Pa­dahal di UMK Karawang adalah paling tinggi se-Indonesia, yakni mencapai Rp 3,9 juta.

“Pertanyaanya kenapa mereka pindah ke Kawarang? Karena di Karawang menjadi pusat indus­tri otomotif elektronik sehingga untuk biaya logistik akan lebih murah. Di situ saya melihat se­bagai peluang antara saya, Pak Bupati dan Pak Wakil Walikota Tangsel. Kita harus saling ter­integrasi antar industri,” ujarnya.

Jika tidak cepat ditangani den­gan serius, investor bisa berpin­dah semua. “Makanya Pemkot Tangerang mempunyai program Tangerang LIVE, yakni kota yang layak huni, layak investasi, layak dikunjungi dan kota yang meng­gunakan teknologi informasi berbasis elektronik,” jelasnya.

Menurut Arief, Kota Tangerang memiliki potensi bagus dalam pertumbuhan perekonomian. Lokasi strategis yang dekat den­gan DKI Jakarta mau tidak mau harus dipersiapkan. “Sekarang Tangerang menjadi daerah pe­nyangga ibukota. Kenapa yang disangga mereka, kami yang terbebani. Iya kalau sama-sama maju. Karenanya, kalau dulu Tangerang sebagai kota industri, sekarang Kota Tangerang adalah kota sejuta jasa. Pokoknya ban­yak jasa di Kota Tangerang,” tambahnya seraya disambut geeer peserta.

Bupati Tangerang, Ahmed Zaki Iskandar sadar jika wilayahnya berbeda dengan Kota Tangerang dan Kota Tang­sel. Kabupaten, kata Zaki, strat­anya masih wilayah primer, sementara Tangsel dan Kota Tangerang sudah pada level sekunder dan tersier.

“Kabupaten Tangerang meru­pakan daerah primer pertanian agro bisnis dan juga daerah ne­layan. Berbeda dengan adik-adik kita Kota Tangerang dan Tangsel yang sudah berubah menjadi daerah tersier, di mana dae­rah tersier pasti agro dan bisnis servis dan jasa, serta sekunder beralih ke daerah industri,” tutur Zaki.

“Perkembangan daerah tidak bisa kita hindari karena me­mang kita berdekatan dengan DKI Jakarta. Teori perumbuhan kota, teori apapun, sebagai pu­sara ekonomi di wilayah Jabode­tabek, perkembangannya sangat cepat sekali,” sambungnya.

“Jadi buat saya, dua wilayah adik saya ini mempercepat laju pertumbuhan, tapi kalau kita mau diperbandingkan evel to evel Kabupaten Tangerang ini bisa dibandingkan dengan dae­rah yang hampir sejenis, yaitu Kabupaten Bekasi. Tapi kalau kita bandingkan dengan Ka­bupaten Tangerang atau Kota Tangsel greatnya beda. Kalau dia ibarat bayi ajaib dilahirkan den­gan seluruhnya hampir sempur­na semua,” tukasnya.

“Secara general prospek, pertumbuhan di Kabupaten Tangerang sangat baik dan san­gat terbuka. Sedangkan untuk dua wilayah Kota Tangerang dan Kota Tangsel adalah wilayah bestmart bidang ekonomi,” tu­turnya.

Wakil Walikota Tangsel Be­nyamin Davnie menjelaskan, ada tiga konsep yang dianut dalam pengembangan kota berbasis barang dan jasa, yakni dengan berpijak pada triple helix, pemerintah, swasta dan mayarakat. Maka untuk tetap mempertahankan pertumbu­han dan investor berkonsep hu­nian vertical.

“Tiga pilar ekonomi makro pemerintah, pelaku ekonomi dan akademisi. Secara geo­strategis Tangsel langsung ber­batasan langsung dengan DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat (Depok dan Bogor), termasuk berbatasan dengan senior-se­nior saya, Kabupaten dan Kota Tangerang,” kata Benyamin.

Dikatakan Benyamin, sektor unggulan di Tangsel meliputi sektor komunikasi, real estate, kesehatan dan sosial serta sektor jasa pendidikan saat ini tumbuh cukup baik. “Berbicara pertum­buhan ekonomi peran spending governance maka komposisinya belanja langsung harus lebih besar daripada belanja tidak langsung. 30 persen pertumbu­han ekonomi dari sektor tersier perdagangan dan jasa di Kota Tangsel,” tambahnya.

Sektor lain menyangkut per­tumbunan ekonomi sebesar 14 persen dari sektor pendidikan dan rumah tangga. “Jadi pendi­dikan tak hanya belajar tapi jauh lebih dari itu sudah menjadi in­dustri jasa pendidikan. Ini dapat berjalan dengan kepercayaan publik terhadap pemerintah se­bagai regulator. Pertumbuhan ekonomi tahun 2016, 7,98 pers­en,” tandasnya. (din/dm/tm/sn/tp/bp)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.