11 Orang Sekeluarga Tinggal di Bekas Kandang Kambing
SERANG,SNOL Sungguh miris nasib yang dialami oleh Sarbini (50) dan 10 anggota keluarganya. Selama tiga tahun terakhir, warga Kampung Palembangan Desa Dukuh, Kragilan, Kabupaten Serang itu hidup di gubuk bekas kandang kambing. Buruh serabutan ini tak memiliki biaya untuk membangun rumahnya yang diterjang banjir sungai Ciujung 2013 lalu.
Sarbini dikaruniai 13 anak hasil pernikahannya bersama Tikah yang sudah meninggal sejak tahun 2012. Dia hidup bersama sepuluh anaknya, menghuni dua gubuk dari bekas kandang kambing. Kandang kambing tersebut yang hanya terbuat dari bambu, beratap terpal dan satu gubuk diantaranya beralaskan tanah.
Tak jarang saat hujan, air masuk melalui atap yang bocor ke dalam gubuk sekaligus tempat tidur keluarga tidak mampu itu.
Tiga orang anak lainnya sudah menikah. Dua diantaranya bekerja sebagai TKI di Malaysia. Satu lainnya bekerja dan tinggal di Sentul, Jawa Barat.
Namun, saat ibunya sudah meninggal dunia lantaran menderita penyakit paru-paru sejak bertahun-tahun lalu, anak-anaknya tersebut sudah jarang mengirim biaya hidupnya yang biasanya ia terima setiap bulan senilai Rp700 ribu.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, Sarbini berkebun di ladang milik perusahaan. Hal itu dia lakukan selepas mengasuh anak-anaknya yang masih kecil. Bahkan tak jarang juga ia harus berutang beras ke penggilingan padi.
“Milik sih ada saja yah, kadang ada yang menyuruh manjat kelapa dan dikasih Rp10 ribu, lumayan bisa beli satu liter beras, kalau ada beras paling buat beli ikan. Tapi setiap hari saya makan lebih sering memakai garam,” kata Sarbini.
Lebih miris lagi, dari sekian banyak anak yang diurus Sarbini, tidak ada satu pun yang disekolahkan. Alasanya beragam. Salah satunya tidak memiliki biaya untuk memenuhi kebutuhan anak selama sekolah.
Sarbini mengungkapkan, bahwa selama ini banyak orang datang ke gubuknya untuk menawarkan bantuan. Namun yang datang hanya sekedar meminta KTP dan Kartu Keluarga.
“Cuma nyurpey-nyurpey saja, paling minta KTP, KK, sering,” katanya.
Anak ke empat Sarbini, Siti Mutiara (15) mengaku ingin sekolah selayaknya anak-anak lain. Namun ia mengaku pasrah lantaran tidak diizinkan sang ayah yakni Sarbini.
“Belajar sama di rumah saja, sama bapak, diajarin menunis, membaca, mengaji, bersama-sama adik,” ujarnya
Siti Mutiara merupakan anak keempat dari Sarbini, dan memiliki lima adik bernama M Alaisalam, Siti Jahro, Siti Juhro, Ashuril Hurum, M Bening. Sedangkan kakanya bernama Hotibul Umami yang saat ini masih ikut menghuni kandang kambing dan bekerja serabutan, serta Amilahtul Quran di Brunai, Muhaemin di Malaysia. Kabar kedua anak tertua dari Sarbini tersebut sudah memiliki pasangan hidup dan sama-sama menjalankan hidup dengan ke-adaan ekonomi yang terbatas.
Bupati Serang Tatu Chasanah mengaku sejak mendengar informasi tersebut langsung mengintruksikan Plt Sekda Kabupaten Serang, Agus Erwana untuk melakukan koordinasi dan segera memperbaiki rumah yang diberitakan mirip kandang kambing tersebut.
“Persoalan rumah tidak layak huni (RTLH) di Kabupaten Serang merupakan salah satu prioritas yang harus diselesaikan. Saya sudah intruksikan, segera perbaiki rumah keluarga Pak Sarbini. Segera, tidak boleh ditunda,” katanya melalui siaran pers.
Menurutnya, persoalan RTLH menjadi prioritas karena ada sekira 12.700 rumah warga miskin yang perlu diperbaiki. Proses perbaikan pun sudah dikoordinasikan untuk dilakukan secara gotong royong, mulai dari APBD Kabupaten Serang, APBD Provinsi Banten, APBN, sumbangan anggota Korpri, Baznas Kabupaten Serang, dan dana sosial perusahaan atau CSR Bank bjb. Bahkan dalam proses perbaikan melibatkan Kodim 0602/Serang.
“ Saya udah intruksikan seluruh camat untuk mendata RTLH paling parah. Paling prioritas untuk diperbaiki. Jika camat tidak peka terhadap kondisi masyarakat, silakan mundur,”pungkasnya.
Sementara terkait anak-anak Sarbini yang putus sekolah, akan disekolahkan. Apalagi Pemkab Serang sudah punya program beasiswa untuk warga miskin.
“Berulangkali pula saya sampaikan, tidak boleh ada anak yang putus sekolah. Jika ada segera laporkan dan wajib disekolahkan. Kita punya beasiswa untuk membantu warga miskin. Saya sudah melakukan koordinasi dengan Wakil Bupati, Plt Sekda, Dinas Sosial Kabupaten Serang, Baznas Kabupaten Serang, dan Camat Kragilan. Bahkan Pak Agus Erwana selaku Plt Sekda bersama instansi terkait dan TNI sudah meninjau rumah keluarga Sarbini,” katanya.
Plt Sekda Kabupaten Serang Agus Erwana mengunjungi rumah milik Sarbini , Selasa (1/7). Dalam kunjungan tersebut mereka berjanji akan membangun rumah Sarbini.
“Dana itu (Rumah tidak layak huni (rutilahu-red) kan ada di Baznas semua. Insya allah minggu ini (pembangunan-red) harus sudah jalan, siang ini (kemarin-red) saya akan koordinasi dengan pak Dandim, untuk dananya akan kita sesuaikan seperti biasa. Cuma kita coba mencari posisi (Bangunan-red), karena perintah ibu harus dua, mungkin ibu melihat ada sekian anak, ya sudah kita berhadap-hadapan saja,” kata Agus saat ditemui di kediaman Sarbini.
Disinggung mengenai bantuan dari Pemkab Serang untuk anak Sarbini yang putus sekolah, kata Agus berdasarkan hasil dialog, Sarbini menginginkan agar yang lebih diutamakan adalah bantuan untuk rumah.
“Kalau saya lihat tadi dialog segala macam, bukan karena lingkungannya, tetapi orangnya. Tadi dia bilang dididik oleh saya saja, asal bantu rumah saja. Karena kata mereka sekolah itu tanggungjawab orang tuanya, terus yang dua saja katanya yang tidak sekolah keluar negeri dan yang satu di Sentul,” imbuhnya. (sidik/gatot/satelitnews)