Ivo Shadan, Bocah Lumpuh Sarat Prestasi dan Segera Mendunia
IVO Shadan (18) memang tak bisa berjalan. Dia harus beraktivitas dengan menggunakan kursi roda lantaran syaraf tulang belakangnya tak berfungsi sejak September 2013. Dia divonis menderita pareplegia saat berusia 15 tahun.
Namun, dia punya prestasi mengilap. Dia akan mengikuti kompetisi teknologi informasi (IT) pada Global IT Challenge (GICT) for Youth with Disabilities di Yanzhou, Jiangsu, China pada November mendatang.
“Karena kondisi saya yang seperti ini, akhir 2014 saya memutuskan tinggal di Sasana Pondok Bambu, Jakarta Timur milik Dinas Sosial DKI Jakarta. Melalui sasana itu saya akhirnya bisa melanjutkan sekolah kelas 1 SMK di Pondok Kopi,” ujar Ivo, Rabu (26/10).
Selama di Sasana Pondok Bambu, Ivo mendapat bimbingan IT. Padahal, sebelumnya dia tidak memiliki pengetahuan mengenai IT.
Namun, ketika berada di Sasana, pengetahuan dia tentang IT bertambah. Ada teman sekaligus gurunya di Sasana Pondok Bambu yang bernama Catur.
“Saya belajar dengan Mas Catur teman saya di Sasana Pondok Bambu sekaligus guru IT saya. Saya coba belajar lagi untuk menambah pengetahuan saya,” ujar remaja yang bercita-cita menjadi pengusaha itu.
Kompetisi IT itu bukan yang pertama bagi Ivo. Sebelumnya dia juga pernah mengikuti kompetisi IT dan menyabet gelar juara.
“Di tahun 2015 bulan Juni saya dikasih info oleh Mas Catur bahwa ada perlombaan IT tingkat nasional untuk remaja disabilitas. Saya pun didaftarkan,” imbuhnya.
Pada kompetisi itu, Ivo meraih juara pertama kategori tunadaksa dan juara ketiga untuk kategori kelompok di ajang yang diadakan oleh Yayasan Pembina Anak Cacat (YPAC) bekerja sama dengan Kemkominfo di Badan Pusat Riset Tekhnologi Informasi Komunikasi (BPRTIK) Ciputat, Tangerang Selatan.
Karena menjadi salah satu pemenang di kompetisi itu, Ivo pun bisa ikut seleksi untuk ajang Global IT Challenge (GITC) di China. “Dari kira-kira 15 peserta juara IT nasional lainnya hanya di ambil lima peserta untuk GITC dan Alhamdulillah saya salah satu peserta dari lima peserta GITC perwakilan dari Indonesia yang akan diadakan di China 21-26 November 2016,” tuturnya.
Mulai 8 November nanti, Ivo akan dikarantina di BPRTIK untuk mempelajari lebih dalam lagi materi yang akan dilombakan. “Harapan saya pasti bisa jadi juara di GITC ini yang diikuti oleh negara se-Asia pasifik ini. Dan juga bisa membuat orang tua dan mengharumkan nama Indonesia,” tandas dia. (uya/JPG)