Gemi Mohawk, Lewat Puisi Bawa Tangerang ke Ubud Writers & Readers Festival 2016
TAK banyak yang tahu ada penyair yang mewakili Tangerang dalam ajang Ubud Writers & Readers Festival 2016 yang akan berlangsung di Bali pada 23-30 Oktober 2016 nanti. Gemi Mohawk. Dia menjadi satu dari 16 orang penulis emerging yang akan tampil dalam festival sastra terbesar di Asia Tenggara tersebut.
Ikhsan Tamara, Ciledug
GEMI Mohawk menyukai puisi dari sejak duduk di bangku SMP. “Saya mulai menulis saat berusia antara 10 atau 11 tahun. Saat itu yang menginspirasi saya menulis adalah kehidupan sosial, lingkungan, dan alam raya,” kata pria muda yang lahir di Palembang, Sumatera Selatan tanpa mau menyebutkan tahunnya.
Kiprah kepenyairan Gemi Mohawk ditandai dengan kehadiran 2 buku karyanya. Buku pertamanya “Sirami Jakarta dengan Cinta” diterbitkan pada tahun 2008. Indonesianus, Sajak Megak, buku kedua diluncurkan tahun 2011. Kini, buku ketiga yang tengah dia garap akan terbit dalam waktu dekat.
Gemi Mohawk mengikuti Seleksi Penulis Emerging Indonesia 2016 untuk bisa tampil di Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) 2016. Seleksi memang dibuka di seluruh kota di Indonesia. Dia mengirimkan buku kumpulan sajak yang berjudul “Indonesianus, Sajak Megak”.
“Buku itu kumpulan sajak yang berisi 90 judul sajak dan ditulis antara tahun 2008-2010. Buku ini banyak menuliskan tentang ketidakadilan sosial kehidupan di negeri tercinta kita, Indonesia. Prolog ditulis oleh Putu Wijaya dan epilog ditulis oleh Damhuri Muhammad,” tutur lajang yang tinggal di kawasan Taman Asri, Ciledug, Kota Tangerang, Banten, tersebut.
Selain peluncuran buku antologi UWRF 2016, orasi kebudayaan, dan berdiskusi dengan para sastrawan dari luar dan dalam negeri, di ajang UWRF 2016 nanti Gemi Mohawk juga akan tampil dalam sejumlah program.
Gemi akan muncul dalam workshop puisi bertema Children & Youth Program: Poetry Workshop: Truth or Dare? Juga dalam acara Live Music & Arts: Emerging Writers – National Oration bersama Bri Lee, penulis asal Brisbane, Australia.
Gemi Mohawk pun akan mendapat kesempatan berbincang dengan sejumlah seniman ternama. “Di Ubud nanti saya ingin ngobrol dengan Seno Gumira Ajidarma, Slamet Raharjo, Joko Anwar, Desi Anwar, dan para penerbit dari luar negeri,” kata lelaki yang mulai merantau tahun 2000 tersebut.
Puisi-puisi Gemi Mohawk kerap menyentil keadaan realitas kekinian. Buku-buku puisi Gemi Mohawk telah diuji secara akedemisi lewat skripsi oleh beberapa mahasiswa yang sekarang meraih gelar sarjana dan puisinya juga dijadikan lagu oleh kelompok musik. Bahkan “Indonesianus, Sajak Megak” dipakai untuk mengajar di SMA.
“Indonesianus, sajak megak” menjadi karya terbaik yang dikurasi oleh Sastrawan Seno Gumira Ajidarma, Iswadi Pratama, dan Kadek Sonia Piscayanti selaku dewan kurator dalam ajang sastra dunia UWRF 2016.
Ubud Writers & Readers Festival 2016 merupakan agenda tahunan di Ubud, Bali. Festival sastra dunia yang ke-13 ini mengangkat tema Tat Tvam Asi, sebuah penggalan filosofi Hindu. Dalam bahasa Indonesia Tat Tvam Asi dapat diterjemahkan menjadi “Aku adalah engkau, engkau adalah aku” atau “Kita semua satu”.
Kelak beberapa puisi Gemi Mohawk yang dipilih oleh para dewan kurator UWRF 2016 dialihbahasakan dalam bahasa Inggris dan akan dijadikan bagian dalam kumpulan Antologi Ubud Writers & Readers Festival 2016.
Total terdapat 894 penulis dari 201 kota di 33 provinsi Indonesia yang mengikuti Seleksi Penulis Emerging Indonesia. Seleksi tahun ini terbesar sepanjang sejarah. Bandingkan dengan seleksi di tahun 2015 dengan 595 penulis dari 168 kota di 27 provinsi Indonesia.
Emerging merupakan istilah yang digunakan oleh UWRF untuk para penulis Indonesia yang memiliki karya berkualitas, namun belum memperoleh publikasi yang memadai.
Karya-karya dari 894 penulis itu lalu melewati seleksi yang ketat oleh nama-nama besar di bidang kepenulisan Indonesia. Setiap karya terlebih dahulu dibaca oleh tim pre-kurasi yang terdiri dari sastrawan asal Ubud, Ketut Yuliarsa yang juga ada dalam tim kurasi 2015, dan National Program Manager UWRF, I Wayan Juniarta.
Mereka memilih karya-karya yang paling menarik untuk dimasukkan dalam daftar panjang. Lalu diserahkan kepada tim kurasi yang beranggotakan penulis dan jurnalis kawakan Indonesia, Seno Gumira Ajidarma, sastrawan Iswadi Pratama, dan penulis muda asal Bali, Kadek Sonia Piscayanti.
Pada 6 Juni lalu, akhirnya terpilih 16 nama penulis emerging Indonesia yang terpilih untuk berpartisipasi di Ubud Writers & Readers Festival 2016.
Ke-16 penulis emerging tersebut adalah Arung Wardhana Ellhafifie (Bangkalan), Dahlia Rasyad (Yogyakarta), Deasy Tirayoh (Kendari), Dimas Indiana Senja (Yogyakarta), Azri Zakkiyah (Malang), Boni Candra (Padang), Joko Sucipto (Bangkalan), Joseph Rio Jovian Haminoto (Jakarta).
Kemudian, Gemi Mohawk (Tangerang), E. Rokajat Asura (Cilegon), Murizal Hamzah (Jakarta), Nersalya Renata (Jakarta), Ni Putu Rastiti (Denpasar), Royyan Julian (Pamekasan), Sidik Nugroho (Pontianak), dan Soetan Radjo Pamoentjak (Bukittinggi).
“Seleksi kali ini membuktikan bahwa penulis baru tidak selalu masih mentah karyanya bahkan sebaliknya bisa membuat “penulis mapan” terperangah, untuk menghindari kata minder. Ini juga membuktikan bahwa banyak penulis berkemampuan mumpuni yang tidak terdeteksi semata-mata hanya karena tidak mendapatkan forum yang setara dengan kualitas karyanya,” ujar Seno Gumira Ajidarma, salah satu anggota tim kurasi Seleksi Penulis Emerging Indonesia 2016.
Ke-16 penulis terpilih tersebut akan diterbangkan dari kota masing-masing ke Ubud, Bali, untuk tampil dalam forum-forum diskusi sastra berdampingan dengan para penulis internasional. Kita nantikan kiprah Gemi Mohawk di dan dari Ubud nanti.(san)