Kios-kios di Area Stasiun KA Pondok Ranji Diratakan
CIPUTAT TIMUR, SNOL Sedikitnya 91 kios dan warung di Stasiun Kereta Api Pondok Ranji, di Ciputat Timur, dibongkar petugas PT Kereta Api Indonesia (KAI), Rabu (6/3). Pihak PT KAI berencana memperluas areal parkir stasiun.
Pembongkaran yang dimulai sejak pukul 08.00-10.00 WIB, dilakukan langsung oleh puluhan petugas PT KAI. Dalam pembongkaran itu juga, tidak ada perlawanan sama sekali dari para pedagang. “Penertiban ini dalam rangka melaksanakan Peraturan Presiden (Perpres) No 83 Tahun 2011 mengamatkan kepada PT KAI untuk merevitalisasi stasiun.,” kata Kepala PT KAI Pondok Ranji, Ariandi.
PT KAI menargetkan pada tahun 2018 mendatang akan terjadi penambahan sekitar 1,2 juta penumpang setiap harinya. Makanya, butuh lahan yang cukup luas juga untuk penambahan areal parkir bagi pengguna jasa kereta api ke Jakarta. “Saat ini daya tampungnya masih belum cukup, setiap harinya baru 450 ribu penumpang,” tuturnya.
Ariandi menjelaskan, di Stasiun Pondok Ranji tercatat sebanyak 6.000 penumpang setiap harinya. “Dengan adanya pembongkaran ini diperkirakan dapat menampung jumlah penumpang lebih banyak lagi. Khususnya bagi mereka pemilik kendaraan roda empat dan roda dua yang akan menggunakan jasa transportasi massal tersebut,” ucapnya.
PT KAI ingin menyiapkan tiga kali lipat fasilitasi untuk menampung jumlah pengguna kereta api lebih banyak lagi. “Saat ini, parkiran Pondok Ranji baru mampu menampung 300 motor dan 20 mobil. Harapan kami juga, dengan pembongkaran kios ini, parkiran kami bisa menampung hingga 600 motor dan 100 mobil setiap harinya,” tandasnya.
Tidak adanya perlawanan dari para pedagang, kata dia, lantaran sudah dilakukan sosialisasi tentang rencana pembongkaran sejak 7 Januari hingga 5 Maret lalu. Pada saat itu juga, pedagang diminta untuk membongkar sendiri kiosnya, dan atau akan dibongkar petugas setelah tengat waktu yang diberikan. “Kami sudah ingatkan mereka,” imbuhnya.
Pasca diratakan dengan tanah, para pedagang mengaku kebingungan akan berdagang dimana setelahnya. “Kami belum tahu mau dagang ke mana. Karena belum ada tempat lain yang menjadi lokasi dagang,” keluh Tati, pedagang minuman dan rokok yang kiosnya sudah tidak berbentuk lagi.
Menurut Tati, biasanya dia berdagang di area peron penumpang. Dia membeli area lapak seharga Rp 4 juta delapan tahun silam pada oknum PT KAI. “Tiap bulan bayar uang listrik Rp 50.000, dan uang kebersihan Rp 2.000/hari. Tapi sudah empat bulan terakhir tidak dipungut, karena mau dibongkar,” ucap pedagang yang memiliki omset hingga Rp 300 ribu selama berdagang di peron.(pane/deddy)