Ieko Damayanti, Pengusaha Muda Handycraft Berbahan Baku Eceng Gondok
Eceng gondok sering membuat orang kesal lantaran merusak keindahan. Namun bagi Ieko Damayanti (24), tumbuhan ini justru bernilai tinggi. Dari hama perairan, gadis ini bisa menyulapnya jadi berbagai kerajinan cantik bernilai jutaan rupiah.
Gadis yang sehari-hari tinggal di Kunciran Jaya, Kecamatan Pinang Kota Tangerang ini terbilang hidup sederhana. Tapi tahukah anda, jika wanita muda ini sudah bisa menghasilkan rata-rata Rp 5 juta perbulanya dari penjualan produk dengan bahan baku eceng gondok.
Ieko pun membagi kisah keberuntungannya yang berawal dari tahun 2007, masa pertama kali dia mengenal keahlian menganyam. “Yogyakarta adalah kota inspirasi saya,” katanya mengawali cerita kisah suksesnya.
Perjalanan yang dibiayai pemerintah setempat itu memberikan kesempatan Ieko untuk belajar banyak dikota gudeg. Disana Ieko mengaku bisa belajar banyak tentang menganyam dari limbah eceng gondok. Dia pun diajarkan bagaimana caranya berkreasi dari si daun hijau itu menjadi berbagai benda cantik bernilai tinggi.
Setahun kemudian, Ieko memberanikan diri memulai usaha kerajinan tangan berbahan dasar eceng gondok. “Beberapa produk fashion, seperti dompet, ikat pinggang, bingkai foto dan tas, saya buat dan pasarkan sendiri,” katanya.
Ditahun pertamanya, Ieko mengaku mengalami kesulitan. Dia sempat menghentikan proses produksi kerajinan eceng gondok yang sempat dibanggakannya saat itu. Hal tersebut karena menurutnya pasar terbatas dan tidak adanya wadah untuk terus memasarkan.
“Saya berhenti memproduksi selama dua bulan. Bingung sekali, harus kemana ini memasarkannya,” kenang Ieko diawal langkah wirausahanya. Namun, dorongan orangtua lah yang membuatnya semangat bangkit kembali, Ieko pun mencari jalannya hingga ke Pemkot Tangerang untuk bekerja sama memasarkan produk handycraft nya.
Sejak itu, Ieko tidak pernah absen keliling Indonesia membawa nama Tangerang dan memasarkan produknya. Pameran sekelas wilayah, nasional, hingga internasional menjadi langganan tempat memasarkan produk cantik dari eceng gondok kreasinya.
Dari keputus asaan di empat tahun lalu, Ieko memetik manis buah keberhasilan. Seiring perjalanan bisnis eceng gondoknya, dia berhasil memproduksi seribu berbagai produk berbahan dasar dari limbah ini.
Untuk bisa menghasilkan ribuan kerajinan eceng gondok, Ieko harus memperkerjakan sekitar tiga orang. “Omsetnya pun sekarang sekitar Rp 5 juta perbulanya,” aku Ieko.
Dari perjalanan jatuh bangun bisnis eceng gondoknya ini, Ieko pun banyak belajar. Menurutnya, kalau semua orang bisa baca peluang, dari limbah atau sampah pun bisa berharga. “Kalau eceng gondok itu memiliki nilai jual yang cukup tinggi,dan kelak ketika saya berumur 30 tahun, anak saya bangga memiliki orangtua yang mampu hidup mandiri,” tutupnya sembari tersenyum bangga. (pramita/jarkasih)