Sanggar Tari Denindra Kunciran, Konsisten Kembangkan Tari Tradisional
Di tengah perkembangan jaman dan kemajuan seni tari modern, seni tari tradisional kian tergerus. Namun tidak demikian dengan Sanggar Tari Dendindra. Sanggar tari yang bermarkas di Komplek Kunciran Mas Permai, Jalan Belimbing D3.73, RT.02/05, Kelurahan Kunciran Indah, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang itu sejak enam tahun lalu fokus mengajarkan segala jenis tarian tradisional asli Indonesia.
Sanggar yang didirikan sejak 4 Agustus 2006 ini memang belum banyak mendapatkan tempat di hati kalangan anak-anak muda dan remaja di Kota Tangerang. Namun, dengan predikatnya sebagai salah satu sanggar tari yang konsen terhadap pengembangan tari tradisional, kini jumlah muridnya puluhan orang dari berbagai daerah di sekitar Kunciran.
Orang di balik pengembangan sanggar ini adalah Emmawati Sunarsih (64). Pendiri sekaligus pemimpin sanggar, yang hampir separuh hidupnya diabdikan untuk mengembangkan seni tari tradisional.
“Sejak dulu saya sudah aktif sebagai pengurus sanggar tari di Jakarta . Namun, melihat seni tari di Kota Tangerang ini masih minim, ada keinginan saya untuk mengembangkannya di sini. Makanya, sejak 2006 saya buka sanggar ini,” katanya saat ditemui wartawan di kediamannya, Jumat (27/4).
Dia berharap, dengan sanggar kecil di kediamannya ruh dari kesenian asli tanah air tetap bisa dilestarikan. “Saya juga heran, kenapa minat anak-anak muda dan remaja akan tari tradisional ini tidak banyak. Padahal, kalau dilihat dari luar sana, Kota Tangerang ini sangat potensial untuk dikembangkan tari tradisional, mengingat kulturnya yang terdiri dari banyak etnis. Dan masing-masing etnis masih memegang seni dan budayanya masing-masing,” singgungnya.
Demi pengembangan seni tari tradisional ini, tak tanggung-tanggung anak-anaknya didik ke sekolah khusus tari di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Dia berharap, dengan menyekolahkan anaknya di IKJ, cita-citanya untuk bisa mengembangkan tari tradisonal bisa lebih cepat tersebar luas.
“Saya memang bukan penari, tapi saya sangat cinta akan tari. Khususnya tari tradisional seperti tari Pendet, Jaipongan, Saman, Betawi, Minang, dan berbagai tari asli nusantara lainnya. Dan untuk mengejar cita-cita itu, sengaja pula saya sekolahkan anak saya di bidang tari agar bisa membantu saya mengembangkan tari di sanggar ini,” tutur wanita paruh baya asal Kutohardjo, Jawa Tengah ini.
Lantas sudahkan cita-citanya dan keteguhannya mendirikan sanggar tari ini menelurkan hasil? Belum, aku Emmawati. Dia berharap, ada dukungan penuh dari semua instrumen di Kota Tangerang ini.
“Saya masih yakin, bahwa dengan adanya dorongan dari semua pihak, bidang tari tradisional, yang juga kesenian asli Indonesia ini bisa maju di Kota Tangerang. Apa lagi, saluran-saluran pengembangan seni tradisional ini dibuka krannya oleh pemerintah, pencinta seni dan juga masyarakat luas. Saya masih memimpikan apapun kegiatan di Kota Tangerang ini mampu memunculkan penari-penari tradisional dari sanggarnya,” harapnya. (pane/made)